UTS Analisa Kehumasan
Mitha Permata
Maret 28, 2018
0 Comments
Nama : Mitha Permatasari
NIM : 175120200111004
Matkul: Dasar Public Relation
Dosen Pengampu : Rachmat Kriyantono, Ph. D.
sumber : Google
Merujuk pada konteks praktiknya, publikasi dan publisitas adalah suatu hal yang berbeda. Titik perbedaannya adalah media yang dipakai dalam menyampaikan informasinya. “Publisitas adalah publikasi yang menggunakan media massa sebagai sarana penyebarluasan informasi” (Kriyantono, 2016, h. 41). Merujuk lagi pada definisi publisitas menurut Otis Baskin (dalam Kriyantono, 2016, h. 41), Publisitas didefinisikan sebagai istilah yang merujuk pada publikasi berita tentang organisasi atau individu di mana untuk itu tidak perlu membayar waktu atau space. Sehingga, publisitas adalah informasi yang disediakan oleh sumber luar yaitu media massa karena informasi tersebut memiliki nilai berita. Publikasi melalui media massa menjadi penting karena mengenalkan informasi organisasi atau perusahaan melalui pihak luar.
Fungsi
Public Relations Adalah...
Kriyantono, R. (2016). Public Relations writing: teknik produksi media public relations dan publisitas korporat Ed. 2. Jakarta: Prenadamedia Group
NIM : 175120200111004
Matkul: Dasar Public Relation
Dosen Pengampu : Rachmat Kriyantono, Ph. D.
sumber : Google
1. Keterkaitan Perilaku Anggota
Organisasi Dalam Mempengaruhi Organisasi Merujuk Pada Dua Pendekatan PR
“Public relations practice adalah seni
dan ilmu pengetahuan mengenai proses menganalisis trend, memprediksi konsekuennsi-konsekuensinya,
memberikan konseling kepada pimpinan organisasi dan mengimplementasikan program
yang terencana yang akan melayani kepentingan organisasi dan public” The First
World Assembly of Public Relation (dalam Kriyantono, 2016, h. 5). Dari
penjelasan diatas, Pekerjaan Public relations ialah pekerjaan yang
memiliki fungsi menghubungan pihak organisasi dengan sektor public. Publik yang
dimaksud yaitu orang yang ada di dalam organisasi maupun orang yang ada diluar
organisasi. Oleh karena itu, Public relations bertujuan untuk membentuk
citra yang baik kepada public. Sehingga seorang pekerja Public
Relations harus dituntut mencerminkan citra yang sesuai dengan
perusahaannya. Karena sejatinya setiap orang melakukan pencitraan setiap hari
dan citra dari tiap-tiap anggota akan memengaruhi citra oranisasi atau
perusahaan. Menilik lebih dalam, menurut Kriyantono (2016, h. 15) mengatakan
bahwa setiap perusahaan atau organisasi berpontensi menciptakan pencitraan citra
melalui dua pendekatan yaitu :
1). “Public Relations sebagai metode
komunikasi, yaitu kegiatan public relations dilakukan melaui divisi public
relations” (Kriyantono, 2016, h. 15). Perusahaan mempunyai divisi public relation
yang mana terdapat program kerja yang telah disusun secara sistematis dan
terencana. Divisi public relation diisi oleh beberapa anggota organisasi yang
kompeten. Sebagai seorang pekerja public relations, setiap tingkah laku
anggotanya akan berpengaruh kepada organisasinya. Mengapa demikian ? Karena
dalam setiap rencana penyusunan program kerja tentang public relation disuatu
organisasi pasti disusun oleh setiap anggotanya berdasarkan penggabungan
pemikiran anggotanya. Setelah itu, program kerja dilaksanakan sesuai yang
seharusnya. Jika dalam suatu program kerja tidak dilaksanakan dengan baik oleh
salah satu anggotanya. Maka pada akhirnya yang akan kena imbasnya adalah
organisasi itu.
Contoh : Arliza adalah seorang pegawai public
relations dalam perusahaan penerbitan A. Dia melakukan pekerjaan tentang public
relations sesuai rencana yang sudah direncanakan. Di suatu saat, Arliza
melakukan sedikit kesalahan dalam menjalankan program kerjanya yaitu salah
menyebutkan nama produk terbaru yang diterbitkan pada saat sesi publikasi buku.
Sehingga, menimbulkan masalah baru yaitu publik luar organisasi menganggap bahwa
pegawai PT penerbitan A tidak kompeten. Karena permasalahan itu, PT
penerbitan A mendapat citra jelek di masyarakat.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa setiap
tingkah laku anggota PR dalam organisasi dapat mempengaruhi jalannya fungsi
Tentang PR. Karena citra setiap anggota merupakan cerminan organisasi juga.
2). “Public relations sebagai teknik
komunikasi yaitu segala perilaku anggota organisasi berpotensi mempengaruhi
citra tertentu di mata public . Disini berlaku prinsip ‘everybody
is a PR’ atau ‘You are PR on yourself’” (Kriyantono, 2016, h. 15).
Pendekatan ini memiliki maksud bahwa setiap suatu anggota pada organisasi atau
perusahaan baik itu pegawai PR ataupun tidak, memiliki citra perusahaan melekat
yang melekat pada setiap anggotanya dan sebaliknya juga di ranah lingkungan
luar organisasi. Oleh karena itu, setiap tingkah laku pegawai tersebut di luar
organisasi juga diawasi oleh public. Jika terdapat salah satu anggota melakukan
sesuatu yang salah, maka akhirnya berujung pada citra buruk perusahaan.
Contoh : Rudi adalah seorang pegawai administrasi
pada perusahaan farmasi A. Dalam kegiatannya di perusahaan, dia melakukan
dengan baik dan kompeten. Kehidupan diluar pekerjaan juga sesuai dengan
masyarakat normal. Namun suatu ketika, dia terjerumus pada lingkaran narkoba
dan berhasil di OTT oleh polisi. Masyarakat menjadi geger dengan
kasus ini. Setalah ditelisik, dia merupakan seorang pegawai perusahan Farmasi
A. Sehingga masalah yang sebenarnya adalah masalah pribadi Rudi berimbas pada
citra perusahaan Farmasi A.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
citra perusahaan melekat pada setiap anggotanya dan sebaliknya. Dan setiap
anggotanya memiliki potensi mem-PR-kan dirinya dan perusahaanya.
2. Pentingkah Publisitas
bagi Humas ?
Public Relation memiliki tujuan
menciptakan citra positif suatu perusahaan atau organisasi dimata publik. Citra
merupakan pandangan atau persepsi masyarakat mengenai sesuatu yang dilihatnya.
Perusahaan harus melalui usaha keras untuk mendapat citra positif yang ingin
dibentuk. Oleh karena itu dibentuklah divisi Humas untuk merancang
program-program kerja kehumasan. Program kerja Humas secara umum adalah
mengenalkan dan memberi tahu kepada khalayak luar organisasi tentang suatu
perusahaan atau organisasi atau lembaga. Tentunya pemberitaan tersebut harus
bersifat positif. Agar setiap perusahaan atau organisasi menunjukkan
eksistensinya. Supaya hal itu dapat tercapai, Program-program itu harus
diinformasikan kepada public. Sehingga public menjadi tahu tentang informasi
organisasi. “Informasi adalah segala hal yang dapat mengurangi ketidakpastian atau
keragu-raguan akan situasi tertentu. Bila tidak mendapatkan informasi yang cukup
gambaran tentang perusahaan akan sepotong-potong. Kegiatan atau menyebarkan
informasi ini disebut kegiatan publikasi” (Kriyantono, 2016, h. 40).
Lalu apakah berbeda Publikasi dan
publisitas ?
Merujuk pada konteks praktiknya, publikasi dan publisitas adalah suatu hal yang berbeda. Titik perbedaannya adalah media yang dipakai dalam menyampaikan informasinya. “Publisitas adalah publikasi yang menggunakan media massa sebagai sarana penyebarluasan informasi” (Kriyantono, 2016, h. 41). Merujuk lagi pada definisi publisitas menurut Otis Baskin (dalam Kriyantono, 2016, h. 41), Publisitas didefinisikan sebagai istilah yang merujuk pada publikasi berita tentang organisasi atau individu di mana untuk itu tidak perlu membayar waktu atau space. Sehingga, publisitas adalah informasi yang disediakan oleh sumber luar yaitu media massa karena informasi tersebut memiliki nilai berita. Publikasi melalui media massa menjadi penting karena mengenalkan informasi organisasi atau perusahaan melalui pihak luar.
Baik publikasi dan publisitas
sangat penting dibangun oleh setiap perusahaan atau organisasi, karena dengan
hal itu publik akan lebih mengenal suatu perusahaan ataupun organisasi. Publik
menjadi tahu keberadaan atau eksistensi pada setiap perusahaan atau organisasi.
Dari sikap tahu dan mengenal ini lah, tingkat kepercayaan publik akan suatu
produk atau jasa pada suatu perusahaan akan meningkat.
Mengapa publisitas penting ?
Berdasarkan media yang dipakai
dalam publisitas, Publisitas menjadi lebih efisien dalam membentuk citra kepada
publik, Karena publisitas menggunakan media massa menjadi saluran untuk mem-pr-kan
suatu perusahaan. Sifat media massa yang terlembaga dan berkaidah jurnalisme
inilah yang menjadikannya menjadi lebih kredibel. Sehingga, publik menganggap
bahwa suatu perusahaan atau organisasi berkualitas baik ataupun media massa
berkeinginan sendiri untuk meliput suatu perusahaan atau organisasi karena
mempunyai news value. Karena pada dasarnya orang lain akan lebih
percaya terhadap informasi luar tentang diri kita daripada kita sendiri yang
menceritakannya langsung.
Dalam melakukan publisitas, seorang
Humas biasanya memanfaatkan teknik penulisan sesuai dengan kaidah jurnalisme,
seperti contohnya yaitu press release berbentuk berita. Selain itu,
Humas dapat menfaatkan teknik secara langsung dengan mengadakan sebuah press
confrence dan press tours, supaya media dapat meliputnya. Kedua hal
ini bermaksud agar informasi yang dilontoarkan perusahaan atau organisasi atau
lembaga dapa disebarkan secara massal oleh media.
Dalam pemberitaan pada media massa
dibagi menjadi dua yaitu pemberitaan yang pure publicity dan non
pure publicity. Pure publicity ialah kegiatan publisitas yang memang
benar-benar adanya, sedangkan non pure publicity salah satu
contohnya adalah Hidden advertising. Karena yang sebenarnya
iklan dimuat di media dengan membayar
dan tidak benar-benar media yang ingin meliputnya.
Dalam Kriyantono (2016, h. 45)
menjelaskan bahwa publisitas menjadi penting karena :
1. Publisitas
mengandung kredibilitas tinggi di mata media
2. Publisitas
tidak membayar
3. Publisitas
memungkinkan cerita lebih detail
4. Publisitas
dapat menjelaskan cacat produk
Namun yang perlu digarisbawahi
adalah Humas tidak sama dengan publisitas. Publisitas adalah aktivitasnya. “Publisitas
hanyalah alat yang digunakan public relations untuk mendukung tujuan
manjemen” (Kriyantono, 2016).
3. Istilah Humas VS Public Relation
Pada masyarakat Indonesia, hubungan
masyarakat sering diartikan menjadi public relations. Padahal sebenarnya
secara istilah humas dan public relation tidak memiliki makna yang sama. Karena
yang satu menggunakan kata masyarakat dan yang satu lagi menggunakan kata publik.
Istilah masyarakat dan publik memiliki konteks yang berbeda. Definisi
masyarakat merujuk kepada masyarakat luas dan cakupannya banyak. Sedangkan
public merupakan suatu kelompok yang mempunyai tujuan yang sama. Merujuk
pada definisi lain menurut Kriyantono (2016, h. 3) publik merupakan sekumpulan
orang atau kelompok salam masyarakat yang memiliki kepentingan atau perhatian
yang sama terhadap suatu hal. Dari tujuan dan kepentingan yang sama itulah
publik memiliki hubungan timbal balik dan saling mengikat satu sama lain. Ciri
lainnya adalah publik tidak harus berdasarkan dalam letak geografis yang sama.
Jika dalam konteks public
relations, publik disini adalah kelompok didalam organisasi dan diluar
organisasi mengenai suatu perusahaan yang berorientasi pada organisasi.
Kelompok didalam organisasi dapat dikatakan sebagai manajemen komunikasi.
Karena terdiri atas manajer, direksi dan anggota yang ada didalamnya serta
melakukan praktik strategi komunikasi. Sedangkan keompok diluar organisasi
dapat dikatakan sebagai sasaran atas strategi komunikasi yang dilakukan
perusahaan. Sasaran tersebut berbeda-beda berdasarkan tujuan setiap perusahaan
atau organisasi. Dimana sekelompok orang tersebut tidak langsung terhubung
dengan perusahaan melalui citra yang dibentuk oleh anggota organisasi terutama
pegawai public relations.
Menurut Sari (2017, h. 7) dalam
bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Public Relations, berdasarkan praktiknya
seorang public relations dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
antara lain:
a)
Public relations sebagai suatu profesi yaitu humas merupakan lapangan pekerjaan sebagaimana
profesi lainnya seperti wartawan, dosen,pengacara, dll. Profesi humas dapat
berperan sebagai konseptor maupun eksekutor
b)
Public relations sebagai suatu divisi/departemen yaitu humas sebagai tim pengelola
atau manajemen komunikasi dalam suatu perusahaan/organisasi. Selayaknya bagian
administrasi, personalia, keuangan, dll.
c)
Public relations sebagai suatu aktivitas adalah aktivitas komunikasi dua arah yang
dilakukan antara pihak dalam publik dan pihak luar publik. Tujuannya adalah
meningkatkan tingkat kepercayaan suatu perusahaan serta membentuk citra yang baik
di mata publik .
d)
Public relations sebagai imu pengetahuan yaitu humas termasuk dalam ilmu pengetahuan
terapan yang bertujuan. Karena humas telah mempunyai cara-cara, teknik, metode,
prosedur, prinsip, dan teori yang tersusun menjadi suatu sistem. Humas adalah
bidang komunikasi praktis yang melakukan fungsi manajemen
Tetapi, karena di Indonesia, kata
publik dan masyarakat telah dikonstruksikan memiliki makna yang sama dan telah
dianggap wajar. “maka istilah hubungan masyarakat (Humas) untuk mengartikan
istilah public relations tidak perlu dipersoalkan lagi” ( Kriyantono, 2016,
h. 4 ). Istilah Humas di gantikan oleh public relations begitupun sebaliknya.
Karena di Indonesia public relations dan Humas memiliki job desk yang
hampir sama yaitu manajemen komunikasi. Di Indonesia biasanya yang memakai
istilah Humas adalah instansi-intansi atau lembaga pemerintahan. Sedangkan yang
memakai istilah public relations adalah perusahaan. Tetapi kedua istilah
itu disini memiliki fungsi dan tujuan yang sama yaitu membangun citra
dimata publik.
Sehingga menurut saya, permasalahan
istilah ini tidak penting yang terpenting adalah Public Relation atau Humas
menjalankan tugasnya sesuai kaidah PR. Seorang Humas ataukah public relation
harus memiliki kecakapan informasi yang baik. Baik ddlam segi tulis maupun
lisan. Karena ranah pekerjaannya sangat kompleks yaitu fungsi manajemen
komunikasi.
4. Fungsi Dan Bidang Pekerjaan
Humas
Setelah kita memahami apa perbedaan hubungan masyarakat dengan
public relation pada penjelasan diatas. Saya akan kosisten meggunakan istilah public
relations. Terkait posisi public relations dalam struktur kelembagaan,
teori excellence L. A. Grunig, dkk (dalam Kriyantono, 2015, h. 121), menjelaskan
bahwa humas efektif jika (a) humas memiliki bagian tersendiri, artinya, tidak
digabung dengan divisi/bagian yang lain, bahkan disubordinasi oleh divisi
lainnya; (b) bagian humas termasuk ke dalam struktur atas (dominant coalition);
(c) humas dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam dominant coalition.
Oleh karena itu suatu
divisi public relations semestinya
memiliki peran yang jelas dalam setiap ranah pekerjaannya dan memiliki fungsi
yang jelas pula. “Fungsi atau peranan adalah harapan publik terhadap apa yang
seharusnya dilakukan oleh public relations sesuai dengan kedudukannya
sebagai seorang public relations” (Kriyantono, 2016, h. 21). Fungsi yang
telah disusun dapat dikatakan terlaksana jika setiap anggota melakukan tugasnya
dengan baik dan benar.
Menurut Kriyantono (2016, h.21) , Secara
garis besar fungsi Humas sebagai berikut;
1). Memelihara komunikasi yang
harmonis antara perusahaan dengan publiknya
2). Melayani kepentingan publik
dengan baik
3). Memelihara perilaku dan
moralitas perusahaan dengan baik
Secara praktik, fungsi public
relation dapat dibagi menjadi dua yaitu
fungsi publikasi dan fungsi manajeman
Fungsi publikasi adalah peran PR
dalam memnyebarluaskan inforrmasi terkait perusahaan atau organisasi. Disini
seorang public relation dituntut sebagai seorang eksekutor. Sehingaa
dalam perkerjaannya, ia membuat press release, press conference, press tour,
atau press events. Dalam hal ini juga, Seorang PR dituntut memiliki
kemampuan komunikasi yang baik dalam kondisi krisis.
Contohnya : Saat maskapai
penerbangan Lion Air tertimpa masalah yaiti pilot Lion Air yang tertangkap
memakai narkoba. Disitulah peran public relation bekerja. Divisi PR akan
menghandle dan meredam permasalahan
ini dengan baik. Biasanya saat dalam keaadaan seperti ini, PR akam mengadakan press
conference. Pada kondisi krisis seperti ini PR tidak boleh mengatakan no
comment kepada media massa yang
ingin meliput. Seorag PR juga harus berkomunikasi yang kooperatif dengan media.
Dan seorang PR harus memiliki kemampuan bercakap yang baik dalam menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan wartawan tanpa harus membongkar kejelekan
perusahaan.
Fungsi Manajemen adalah peran PR
dalam megelola dan mengorganisasikan pihak pihak yang terkait dengan praktik
komunikasi dalam ranah public relations. Disini seorang pubic
reations dituntut sebagai seorang
konseptor. Sehingga dalam pekerjaanya, ia dapat membuat kebijakan-kebijakan
yang sesuai ataupun program kerja yang sesuai dengan orgaisasi atau perusahaan.
Contohnya : Seorang anggota PR
harus melakukan kordinasi dengan sedivisinya dengan baik, menyusun
program-program yang tepat daam meningkatkan tingkat kepercayaan dan citra di
mata publik.
Setiap bidang pekerjaan memiliki
fungsi dan ranah bidang pekerjaannya. Begitu juga dengan humas. Secara
sederhana menurut Kriyantono (2016, h. 23), ruang lingkup dan bidang
pekerjaan public relations dapat diakronimkan sebagai PENCILS yaitu ;
1). Publication & Publicity : mengenalkan suatu perusahaan atau
organisasi kepada publik.Misalnya membuat buletin atau berita tentang
perusahaan.
2). Events : membuat atau mengorganisasikan
suatu acara untuk membangun citra. Misalnya RCTI mengadakan acara HUT RCTI.
3). News : membuat produk berita yang
sifatnya untuk menyebarluaskan. Misalnya suatu perusahaan mebuat press
release yang dikirimkan kepada salah satu media massa.
4). Community involvement : suatu perusahaan atau organisasi harus
memiliki keterlibatan dengan masyarakat atau komunitas. Misalnya Pemkot Batu
mengadakan bazar paguyuban ibu PKK
5). Identity media : PR harus membina hubungan
dengan pers
6). Lobbying : melakukan upaya persuasi dan negosiasi
ke berbagai pihak.
7). Social Investment : salah satunya mengadakan CSR
5. Faktor Yang Mempengaruhi
Publisitas
“Publisitas menjadi peluang bagi public
relations untuk memanfaatkan media massa sebagai penyebar informasi dengan
gratis” (Kriyantono, 2016). Tetapi karena sifatnya yang gratis, maka public
relations tidak dapat mengendalikan informasi yang dikirim kepada media. Informasi
yang akan dimuat dalam suatu media massa menjadi hak prerogatif seorang
jurnalis. Hal ini menjadi tantangan seorang public relations dalam
melakukan publisitas. “Karena pubisitas media termasuk jenis informasi yang
diluar kontrol public reations” (Kriyantono, 2016, h. 70). Tentu saja
kunci keberhasilan suatu publisitas didorong oleh beberapa faktor, dikutip dari
Kriyantono (2016), ada dua faktor penentu publisitas yaitu :
1.
Faktor penulisan materi publisitas
Seorang public relations
tidak hanya selalu berkecimpung dalam aktivitas oral (lisan). Tetapi seorang public
relations dituntut dapat membuat produk-produk public relations writing
dalam melakukan aktivitas penyebaran informasi serta mempersuasi publik
mengenai informasi perusahaan ataupun organisasi. Hal ini dilakukan demi
membentuk citra positif pada publik. Produk tulisan tersebut berupa press
release yang akan disebar kepada media massa. Press release menjadi
alat atau sarana seorang public relation guna mendukung publisitas.
Sebagai materi publisitas, informasi yang ditulis public relations
adalah informasi yang akan dikirim ke media agar dimuat. Jika dimuat oleh media
(dalam bentuk berita) maka disebut sebagai produk jurnalistik. Karena itu
penulisannya harus memenuhi kaidah-kaidah jurnalistik. Publik relations
dituntut bukan hanya mampu menulis tetapi juga menguasai teknik-teknik menulis
sesuai dengan kaidah jurnalistik (Kriyantono, 2016, h. 70)
Kaidah-kaidah jurnalistik yang
dihunakan dalam teknik penulisan berita antara lain; teknik membuat lead, body
berita; teknik penulisan piramida terbalik; teknik menentukan news value;
bahasa jurnalistik; serta etika jurnalistik. Tetapi yang membedakannya dengan
beria produk jurnalistik adalah ada pada tujuannya. Jika berita produk jurnalistik
tujuanya untuk menginformasikan serta kontrol sosial, sedangkan berita produk public
relations tujuannya untuk memengaruhi pembaca agar menaikkan tingkat
kepercayaan kepada perusahaan.
2.
Kualitas Hubungan Media
Kulitas hubungan public relation
dengan media sangat berpengaruh terhadap keberhasilan publisitas. Kerena
sejatinya, media massa dan public relations memiliki hubungan yang
saling membutuhkan. “Pada dasarnya sinergi antara public relations dan
media bersifat simbiosis mutualisme, dimana media membutuhkan
bahan-bahan informasi dari public relations dan sebaliknya public relations
membutuhkan media sebagai sarana penyebaran informasi” (Kriyantono, 2016, h.
71).
Selain membuat press release dengan
kaidah jurnalistik yang baik, public relations juga harus erhubungan
baik dengan media. Public relations harus dapat menarik simpati media
terhadap tulisan yang ingin diterbitkan. Hal ini adalah faktor-faktor diluar
teknik. Bayangkan saja, setiap hari suatu media massa pasti mendapatkan banyak press
release, tidak hanya dari satu orang. Oleh karena itu kita harus mengenal
karakter mediamassa terlebih dahalu. Karakter media massa antara ain berfokus
pada rumor dan isu, memiliki news
value, memiliki sensasi, dan cenderung memberitakan hal-hal negatif.
Public relations harus dapat mengenali seluk beluk media terlebih dahulu. Sehingga,
press release yang kita tulis dapat dimuat di media massa karena konten
didalamnya menarik miat media. Berita-berita yang diterbitkan media massa
mengenai suatu perusahaan merupakan cerminan perusahaan. Sehingga, seorang public
relations perlu meminimalisir diterbitkannya berita bad news tentang
perusahaan yang dinaunginya. Karena berita yang dimuat di media sangat penting
bagi kelangsungan suatu perusahaan. Kebanyakan citra positif aaupun citra
negatif suatu perusahaan dikonstruksi oleh media massa. “Sebagai representasi
perusahaan, tentu public relations berupaya meningkatkan citra melalui
media. Sebagai representasi khalayak, media berupaya kritis terhadap informasi
yang disampaikan public relations” (kriyantono, 2016, h. 72).
DAFTAR
PUSTAKA
Kriyantono, R. (2016). Public Relations writing: teknik produksi media public relations dan publisitas korporat Ed. 2. Jakarta: Prenadamedia Group
Kriyantono,
R. (2015). Konstruksi humas dalam tata kelola komunikasi lembaga pendidikan tinggi
di era keterbukaan informasi publik. Jurnal Pekommas,18 (20): 117-126
Sari, A. A.
(2017). Dasar-dasar public relations. Yogyakarta: Deepublish Publisher